Salam untuk Sang Rembulan



Malam ini begitu sunyi, lebih sunyi dari biasanya. Malam ini begitu dingin, lebih dingin dari biasanya. Selama aku disini, belum pernah kutemukan malam sedingin dan sesunyi ini. Mungkin karena malam ini rembulan sedang tidak ingin menampakkan indah sinarnya. Atau bahkan mungkin karena suasana hati ini yang memang sedang kurang baik. Tapi entahlah, aku tidak peduli, karena aku sedang sibuk memikirkan cara untuk mengabaikan kesunyian malam ini dan melanjutkan aktifitas. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi, aku melihat kearah jendela di sudut kamarku, berharap rembulan ada disana, menemaniku. Namun, yang kutemukan hanyalah sepi. Tak terlihat ada tanda tanda rembulan akan bersinar malam ini. Dan akhirnya kuputuskan untuk beristirahat.

Kalian tahu seberapa aku mengagumi rembulan? Sangat, teramat sangat. Aku jatuh cinta pada rembulan, teramat sangat jatuh cinta. Mungkin kalian bertanya, mengapa bisa aku jatuh cinta pada rembulan? Bagaimana mungkin aku mengagumi rembulan? Tapi nyatanya begitulah aku. Itu semua berawal beberapa bulan yang lalu, saat aku mulai menyerah dengan semua yang aku hadapi selama ini. Saat aku merasa semuanya tidak akan pernah menjadi lebih baik. Saat aku hanya ingin menyerah. Di malam yang dingin nan sunyi itu aku hanya ditemani cahaya hangat dari sang rembulan. Namun hari itu aku bahkan menyalahkan rembulan yang tergantung dilangit malam. Aku membencinya dengan sangat karena dia tidak melakukan apapun di atas sana.

Tiga hari setelah malam itu berlalu, tiba masanya rembulan bersinar dengan sempurna. Ya bulan purnama yang teramat indah malam itu, teramat dekat. Dan sejak saat itu aku sadar, bahwa rembulan pun yang terkadang tidak dihiraukan kedatangannya oleh sebagian besar orang tetap akan bersinar mengikuti aturan alam. Malam itu keindahan cahaya rembulan seolah menguasai pikiranku, menenangkan kegundahan hatiku, dan menyadarkanku akan satu hal. Bahwa siapapun kamu dan apapun yang kamu lakukan, selama itu membawa kebaikan teruslah lakukan itu. Bukan soal seberapa banyak orang yang akan melihat apa yang telah kamu lakukan, tapi soal seberapa banyak orang yang terbantu atas apa yang kamu lakukan.

Seiring berjalannya waktu rembulan mengajariku banyak hal. Soal penantian, kesabaran, juga harapan. Aku tahu masih banyak orang di pesisir sana yang sangat membutuhkan bulan sebagai tuntunan mereka. Tapi tidak untuk orang orang kota yang sebagian besar tidak peduli akan hadirnya rembulan. Namun rembulan tidak pernah lelah, ia tetap bersinar, menggantung diatas langit dengan sabar. Tak peduli hadirnya disadari atau tidak, diharapkan atau tidak, ia tetap ada disana sesuai masanya. Rembulan juga mengajariku untuk bersabar, karena tak peduli seberapa banyak dan seberapa lama awan menghalanginya, ia tetap disana. Ya, melalui hal hal seperti itulah aku teramat mengagumi keindahan rembulan.

Comments

Popular Posts