Barisan Semut Egois



Semut diceritaku berbeda dengan semut-semut biasanya. Semut diceritaku sudah berubah, mereka taklagi ramah, taklagi peduli dengan lingkungan sekitar. Semut diceritaku sudah menjadi semut-semut yang egois, dan tidak suka bekerja sama. Semut diceritaku memang berbeda, karena zaman juga sudah berubah. Jika kebiasaan semut pada umunya yang saling menyapa dan bertanya kabar saat bertemu, itu tidak berlaku pada barisan semut di ceritaku. Mereka lebih suka mengurusi diri mereka masing-masing dan enggan mengurusi urusan semut lain. Jika kebiasaan semut pada umumnya adalah senang bekerja sama dan menyelesaikan segala urusan bersama, itu tidak berlaku pada barisan semut diceritaku. Mereka tidak mau mengurusi kepentingan bersama, mereka hanya ingin menerima hasil akhirnya saja.

Namun diceritaku ada satu barisan semut yang paling egois diantara yang lainnya yang punya kisah menarik. Jadi semut-semut ini merupakan semut yang berasal dari berbagai tempat yang berbeda, barisan semut ini terdiri dari berbagai jenis semut yang berbeda, mulai dari yang paling besar, sampai yang paling kecil. Mulai dari yang paling kuat sampai yang paling lemah. Dan masing-masing dari semut pada barisan ini memiliki potensi yang berbeda. Hanya saja mereka semua egois dan hanya memikirkan diri mereka masing-masing.

Suatu hari, barisan semut ini diuji dengan diturunkannya hujan yang teramat deras. Saat itu mereka masih memiliki tempat tinggal yang cukup aman, namun badai yang turun membuat tempat tinggal mereka rusak. Tidak sepenuhnya rusak memang, hanya terdapat lubang di beberapa bagian. Namun tak ada seekor semut pun yang memperdulikan hal tersebut. Hingga badai berikutnya datang, tempat tinggal mereka pun mejadi semakin rusak.

Beberapa ekor semut yang ada di barisan tersebut mulai cemas akan rusaknya tempat tinggal mereka. Beberapa ekor semut ini berunding memikirkan cara terbaik dan disain terbaik untuk tempat tinggal mereka. Mereka pun berusaha memperbaiki tempat tinggal mereka, namun sebelum tempat tinggal mereka selesai diperbaiki, badai kembali datang. Dan memporak porandakan tempat tinggal mereka. Sayangnya karena semut diceritaku merupakan semut yang egois mereka memilih untuk meninggalkan barisan mereka dan hidup secara individual. Mereka kemudian membangun tempat tinggal mereka masing-masing.

Badai datang semakin hebat, tempat tinggal mereka yang baru hancur tak berbentuk, namun tempat tinggal mereka yang lama masih bisa bertahan. Melihat hal tersebut beberapa ekor semut kembali ke tempat tinggal lama mereka, dan kembali memikirkan cara untuk memperbaiki tempat tersebut. Hingga akhirnya salahsatu semut berkata ‘jika kita memperbaiki tempat ini bersama-sama, kita akan memiliki tempat tinggal yang kokoh sebelum badai berikutnya tiba.’ Perkataan itu dijawab oleh semut lainnya yang terdengar begitu ragu ‘tapi apakah mereka mau membantu kita memperbaiki tempat ini?’ Semut lainnya berkata dengan begitu yakin ‘kita takkan pernah tahu sebelum mencoba bukan? Jadi apa salahnya mencoba?’ Setelah pembicaraan singkat itu, beberapa semut mulai mengajak semut-semut lainnya untuk bergabung dengan mereka. Namun sayangnya usaha mereka tidak berbuah baik. Tapi itu tidak menghentikan semangat baik mereka memperbaiki tempat tinggal mereka.

Dengan tenaga seadanya mereka mulai memperbaiki tempat tinggal mereka. Mereka mengerahkan seluruh tenaga yang mereka miliki untuk memperbaiki tempat tinggal mereka, namun badai kembali turun sebelum tempat tinggal mereka selesai diperbaiki. Tempat tinggal mereka pun hancur hingga tak berbentuk, begitupun tempat tinggal semut-semut lainnya yang sekarang hidup secara individu. Badai kali ini bisa dibilang merupakan badai paling hebat yang pernah terjadi.
Namun sayangnya badai hari itu tidak membuat barisan semut egois ini menjadi saling peduli. mereka tetap memikirkan kepentingan masing masing. Namun dalam barisan semut egois itu ada barisan semut yang peduli terhadap semut-semut lainnya, semut yang mau berkorban lebih untuk memperbaiki tempat tinggal mereka bersama. Semut-semut itu tak pernah lelah memperbaiki tempat tinggal mereka, hingga akhirnya apa yang mereka lakukan membuat semut lainnya sedikit demi sedikit mulai tersadar. Dan akhirnya mereka berhasil membuat tempat tinggal yang nyaman, kokoh, dan layak huni bagi semua semut. Butuh waktu yang panjang dan juga pengorbanan yang tidak sedikit memang.


Maka dari itu mulailah memikirkan apa sekiranya yang bisa kita lakukan untuk siapapun yang ada di sekeliling kita. Boleh jadi mereka yang kita bantu sekarang akan menolong kita dikemudian hari. Karena disadari atau tidak, rasa kepedulian itulah yang sudah mulai terkikis saat ini. Karena disadari atau tidak, keegoisan mulai merajai setiap insan yang ada. Namun ini belum terlambat bagi kita untuk mulai berubah dan menjadi lebih baik.

Comments

Popular Posts