McD Ahmad Yani
Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 ketika Mita dan Rafa tiba di McD Ahmad Yani, dari arah pintu masuk mereka bisa melihat Naya duduk didepan Vani yang sedang menunduk. Meja itu dipenuhi oleh 4 panas spesial dan mcflurry. Mereka bergegas menghampiri meja tersebut.
"Kenapa sih Van, kok kayanya lo sedih banget gitu? Nilai lo jelek?" tanya Rafa berusaha menghibur, tapi tidak ada jawaban.
"Makan dulu aja gimana? Gue laper nih dari siang belum makan" tangan Mita kemudian sibuk membagikan makanan ke hadapan teman-temannya. Vani memperbaiki posisi duduknya, dan mulai makan.
"Cuci tangan dulu!" Vani bergegas mengingatkan Mita dan Rafa yang sudah tidak sabar hendak mulai mengeksekusi makanannya.
"Abis itu lo cetira ya, sambil makan, gue tau lo laper juga kan" ujar Rafa sambil beranjak menuju wastafel.
"Padahal udah makan banyak banget hari ini" Naya menggoda Vani sambil berbisik.
"Biarin, gue lagi sedih" Vani tetap melanjutkan makannya.
Sesi ceritapun dimulai. Sebenarnya cerita tentang Kak Dana adalah cerita lama, Vani cukup sering mengangkat bahasan ini. Tapi kali ini semua dapat melihat dengan jelas, bahwa Vani sangat sedih, dan bukan karena pengaruh tamu bulanan.
"Gue berhenti aja apa ya?" ujar Vani sembari menghabiskan mcflurry di hadapannya.
"Ya, lo lebih tau apa yang terbaik buat lo sih Van, kita bakal selalu dukung lo kok" sahut Mita.
"Lo emang ga cape Ta?" tanya Vani dengan tatapan yang masih fokus melihat makanan dihadapannya. Mita hanya menatap Vani bingung.
"Lo kan suka sama Kak Indra dari SMP, tapi dia gapernah sadar keberadaan lo, emangnya lo ga cape?" lanjut Vani yang kini menatap Mita fokus.
"Kenapa harus cape? Gue kan emang gapernah berharap lebih, gue cuman kagum aja sama Kak Indra, he might be my type, tapi orangnya ga harus dia" Vani hanya manggut-manggut mendengar penjelasan itu. Sementara itu Rafa dan Naya hanya menyimak sambil menikmati makanan penutup di hadapan mereka.
*Tring*
Nada dering Vani berbunyi menandakan ada pesan masuk. Tak terasa sudah pukul 22.00, mereka pun bergegas menyelesaikan makan dan bersiap pulang ke rumah Vani.
----------
Sementara itu, tanpa mereka sadari, ada sekelompok pemuda yang sedari tadi memperhatikan mereka dari jauh. Tidak mampu menguping percakapan, hanya menebak isi percakapan dari raut muka dan gestur mereka. Ya, mereka adalah Tara, Dhavi dan Bima.
[]
----------
narasi untuk The Porororo Changs on Twitter
Comments
Post a Comment