The night ride~

    Vani keluar dari kamarnya dan segera menuju halaman belakang, tempat kakaknya berada.

"Yang lain mana?" tanya Adam heran melihat Vani berjalan sendirian.

"Gajadi ikut, karena udah dianter Bima" jawab Vani malas sembari mengulurkan tangannya. Adam mengambil kartu yang ada di dompetnya, lalu menyerahkan kartu itu ke Vani.

"Kalo ada yang aneh-aneh gaakan aku beliin ya pokonya" ujar Vani sambil memasukkan kartu kakaknya ke dalam dompet.

"Iya cantik, nanti hati-hati ya, kalo Bima macem-macem pukul aja gapapa" lanjut Adam.

"Jahat lo bang sama gue" protes Bima yang ternyata sudah berdiri di belakang Vani.

"Salim dulu Mas" Vani menyenggol bahu Adam yang sepertinya tidak melihat uluran tangannya. Ya, ini sudah menjadi kebiasaan di keluarga Arutala. Vani kemudian berjalan ke arah garasi diikuti Bima di belakangnya. Dari ujung matanya, Vani melihat Dana yang sedang mencuci piring di dapur. Vani agak kecewa karena Dana terlihat tidak peduli.

"Naik motor aja gak sih kita?" Bima menggoda Vani yang masih terlihat sebal saat mereka sudah tiba di garasi.

"Lo ga bawa kunci mobil Mas Adam?" tanya Vani kebingungan dan sedikit panik, karena ia tidak mau naik motor bersama Bima.

"Bawa kok, ini, tapi kan kita cuman berdua Van. Enak lagi sambil menikmati dinginnya udara malam" Bima menunjukkan kunci yang ada ditangannya.

"Gamau ah, males"

"Idih kenapa? Bukannya lo seneng ya naik motor malem-malem?"

"Belanjaan kita pasti banyak Bima, nanti ribet kalo naik motor. Gue tau banget tuh list belanjaan lo pasti panjang banget. Udah buruan buka mobilnya" Vani langsung naik ke mobil ketika Bima membuka kuncinya. Bima terlihat bingung ketika mendapati Vani sudah duduk manis di kursi samping pengemudi, Vani yang sadar sedang diperhatikan menoleh sambil mengangkat alis.

"Yang buka sama tutup pager siapa Van?" Vani yang seakan baru tersadar pun langsung turun dan membuka pagar hitam besar itu, kemudian menutupnya kembali saat mobil Jazz milik Adam sudah berada di seberang jalan.

----------

     Perjalanan malam ini hanya dihiasi suara radio, tidak ada percakapan diantara keduanya. Bima masih sekuat tenaga menahan agar air mukanya terlihat tenang karena hanya berdua pujaan hatinya di dalam mobil. Ia bersyukur karena Vani menolak tawarannya pergi mengendarai motor, bisa bisa ia tak kuat menahan detak jantungnya kalau harus membonceng Vani.

"Gue mau liat list belanjaan lo, biar nanti cepet di alfanya" Vani memecah keheningan. Tanpa sepatah kata pun Bima menyodorkan HP nya yang sudah menampilkan aplikasi notes berisi daftar belanjaan teman-temannya.

"Banyak banget dah, kaya mau nginep seminggu di rumah gue" Vani serius membaca daftar belanjaan di HP Bima, Bima hanya tertawa tipis menanggapi ucapan Vani.

"Ih, udah dibilang jangan beli yang aneh aneh, ini mixmax, bintang, rokok gue apus pokonya"

"Eh itu titipan Tara sama bang Dipta Van, jangan lo apus"

"Udah gue apus. Kalo lo ga nurut gue tinggal di alfa nanti"

"Hadeehh, iya deh, lagian gue gaada duit buat bayar juga sih" Bima mengalah. Suasana kembali hening, sampai mereka kembali ke rumah.

[]

----------

narasi untuk The Porororo Changs on Twitter

Comments

Popular Posts